Kesehatan

Studi: Infeksi pandemi Covid-19 Terlama Berlangsung 613 Hari, Mengakibatkan Lebih dari 50 Mutasi

Kertasleces.co.id – JAKARTA – Peneliti Belanda melaporkan persoalan hukum infeksi SARS-CoV-2 paling lama berlangsung selama 613 hari. Hal ini terjadi pada orang pria dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang digunakan akhirnya meninggal dikarenakan penyakit penyerta.

Pria berusia 72 tahun yang bukan disebutkan namanya itu mengalami kekurangan kekebalan yang digunakan parah ketika terinfeksi virus corona varian Omicron pada 2022, pasca menerima beberapa suntikan Covid.

Sejak itu, ia terus positif mengidap virus corona selama 613 hari hingga kematiannya pada Oktober tahun lalu.

Dikutip odditycentral, meskipun persoalan hukum wabah Covid-19 yang sangat panjang pernah terjadi di dalam masa lalu, ini adalah persoalan hukum terpanjang yang pernah ada.

Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tiada ada yang dimaksud berhasil. Tubuhnya tak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus, bahkan dengan bantuan obat antibodi, kemudian beliau meninggal tahun lalu lantaran kambuhnya kondisi medis yang mana mendasarinya.

Pasien yang mana terinfeksi SARS-CoV-2 biasanya sembuh dari virus pada beberapa hari atau minggu, namun pada persoalan hukum ekstrem ini, infeksinya bertahan selama hampir dua tahun. Laporan peneliti Center for Experimental and Molecular Medicine (CEMM) di tempat Amsterdam University Medical Center (Amsterdam UMC) dalam Belanda, juga menyebutkan bahwa virus yang dimaksud mengembangkan kekebalan terhadap sotrovimab, perawatan antibodi Covid-19, hanya sekali pada 21 hari pasca pasien mulai menerimanya.

Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria yang disebutkan untuk menganalisis materi genetik virus corona juga mereka itu menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah terjadi mengalami lebih lanjut dari 50 mutasi, termasuk beberapa yang tersebut memungkinkannya menghindari sistem kekebalan manusia. Untungnya, “tidak ada penularan yang tersebut terdokumentasi” ke anggota warga lainnya, namun tindakan hukum ini menekankan risiko infeksi SARS-CoV-2 yang dimaksud berkepanjangan.

“Kasus ini menggarisbawahi risiko infeksi SARS-CoV-2 yang tersebut persisten pada individu dengan sistem imun yang digunakan lemah lantaran varian virus SARS-CoV-2 yang mana unik mungkin saja muncul sebab evolusi intra-host yang digunakan ekstensif,” tulis para peneliti.

Infeksi SARS-CoV-2 yang paling lama juga menggarisbawahi pentingnya pemantauan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang mana lemah juga mengalami infeksi yang terus-menerus mengingat peluang ancaman kebugaran rakyat akibat kemungkinan masuknya varian virus yang lolos ke masyarakat.

Related Articles

Back to top button